🌧️ Putra Putri Kh Kafabihi Mahrus

KHABDULLAH KAFABIHI MAHRUS. Bernama lengkap Abdullah Kafabihi Mahrus. Lahir di Kediri tanggal 2 September 1960. Beliau adalah putra ke 12 dari 14 bersaudara dari pasangan KH.Mahrus Aly dan Ny. Hj Zainab. Sewaktu masih muda, beliau pernah mengenyam pendidikan di SMPN 4 Kediri, kemudian ke jenjang atasnya lagi di SMAN 1 Kediri. Terkaitmitos kepala negara akan lengser jika bertandang ke Kediri, Pramono menyebut pernyataan itu disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Putra Putri HM-HMQ Lirboyo, KH Abdullah Kafabihi Mahrus. Namun, KH Abdullah menyebut ada penangkalnya, yakni harus ziarah ke makam Syeh Al Washil Syamsudin. KiaiKafabihi Mahrus, pengasuh pondok sekaligus keluarga Kiai Idris Marzuki menjelaskan kepemimpinan Lirboyo akan dibahas nanti dalam rapat Dewan Pembina Keluarga Pondok. Dewan pembina ini menurut dia terdiri atas para pengasuh dan keponakan-keponakan. "Nanti akan kami musyawarahkan," katanya, Senin 9 Juni 2014. VidioShort Kh Abdullah Kafabihi Mahrus | Wanita Sholehah Akan Menurunkan Perilaku Yang Baik #shortvidio #vidioshort Kediri Kafabihi Mahrus (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri) menghimbau kepada Kyai-kyai muda untuk mencontoh perilakunya yang santun dari Rasulullah SAW. Inilantaran empat dari putra-putri almarhum menikah dengan putra pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, seperti KY Anwar Manshur dan KH Kafabihi Mahrus. Sosok Mas Subadar juga menjadi cendekia dan sumber solusi atas kelebihannya memahami fikih. Almarhum menjadi rujukan dalam setiap forum Bahtsul Masail ketika ada perdebatan atas suatu masalah. Salah satu wasiat KH. Mahrus kepada putra-putrinya, adalah meminta mereka untuk terus menjalin silaturahmi dengan Kodam V Brawijaya sepeninggal beliau" ujar Agus H. Ahmad Kafabihi, cucu KH. Mahrus Ali saat penulis temui di Asrama HMQ Lirboyo, Sabtu (2/5). Dan pada hari ini, Rabu, 29 April 2020 (6 Ramadhan 1441 H) adalah peringatan 35 tahun Ridhoorang tua adalah hal yang sangat penting. Berikut ini adalah pesan KH. Abdullah Kafabihi Mahrus tentang ridho orang tua. HIDAYATUNA.COM - Sangat rugi bila mana orang yang mempunyai kedua orang tua namun tidak birrul walidain dan tidak berbakti kepada kedua orang tuanya.. Jangan sampai kita berkata yang menyakiti orang tua. Mempelaiputri bernama Khadijah, anak seorang kiai Lirboyo, sedangkan mempelai lelaki bernama Rajih, anak seorang kiai di Pesantren Sarang, Rembang. Sejumlah kiai lain juga hadir, di antaranya KH Maimoen Zubair, KH Kafabihi Mahrus yang juga shohibul bait, KH Husein Muhammad, dan kiai-kiai lainnya. . Jakarta, NU Online Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus mengungkap rahasia di balik saleh dan salehahnya anak dari KH Askandar pendiri Pesantren Manbaul Ulum Berasan, Banyuwangi, Jawa Timur adalah dengan memperbanyak sedekah dan memasukkan anak-anak beliau ke pesantren. Hal ini disampaikannya dalam puncak acara Haul ke-2 KH Noer Muhammad Iskandar Kiai Noer di Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta. “Jika kita mengenang almaghfurlah Kiai Noer Iskandar, kita menengok sejarah bapak beliau, almaghfurlah Kiai Askandar,” kata Kiai Kafa memulai pidato. “Jadi, Kiai Askandar itu putranya banyak. Namun, yang menakjubkan anak-anaknya minal ulamail amilin minas shalihin was shalihat menjadi ulama yang mampu mengamalkan ilmunya juga saleh dan salehah. Ini kan luar biasa. Apa rahasianya,” sambung salah satu Rais Syuriah PBNU ini. Putra ke-12 dari KH Mahrus Aly dan Nyai Hj Zainab itu kemudian menceritakan bahwa awalnya Kiai Askandar mempunyai usaha bisnis yang sukses. Kemudian beliau bertemu dengan Mbah Wali Hasan KH Muhammad Hasan Basri dari Buntet. Oleh Mbah Hasan, Kiai Iskandar dinasihati agar mengaji. Lantas, beliau sadar. Lalu fokus mengaji dan meninggalkan bisnisnya. “Informasinya terkait dunianya bisnisnya, hartanya disedekahkan,” imbuh Kiai kelahiran 1960 yang akrab disapa Gus Kafa tersebut. Mengapa sedekah bisa menjadi rahasia anak saleh dan salehah? Kiai Kafa menjelaskan, jika harta tidak disedekahkan, maka akan menjadi tidak jelas arahnya. Menjadi warisan dan habis begitu saja. Bahkan, berpotensi menjadikan sebab putusnya rasa sayang antarsaudara dan lainnya. “Coba kalau hartanya orang kaya itu tidak disedekahkan. Ini bisa diwaris habis, terus turunannya tidak jelas. Bahkan, harta bisa menjadikan rahim kasih sayang putus dan lain-lain,” tegas Kiai Kafa. Terkait dengan nasihat mengaji, Kiai Kafa mengatakan bahwa sebaik-baik orang sibuk, yaitu sibuk dengan ilmu, mengajarkannya, dan mengamalkannya. Kunci semua keutamaan itu ada pada ilmu. Sebab ulama lah yang menyampaikan tentang keutamaan sedekah, zakat, jihad dan lain-lain. Santri KH Dimyathi Rois tersebut juga menuturkan bahwa rahasia lain dari saleh dan salehahnya anak-anak KH Askandar adalah memasukkan mereka ke pesantren. “Jadi kalau orang ahli sedekah, dan anaknya dipondokkan di pesantren salaf. Insyaallah anaknya minal ulamail amilin minas shalihin was shalihat menjadi ulama yang mampu mengamalkan ilmunya juga saleh dan salehah,” tambah Kiai Kafa pada haul yang digelar pada Rabu 23/11/2022 itu. “Mudah-mudahan Kiai Noer Iskandar, anak-anaknya minas shalihin was shalihat, minal ulamail amilin, bisa meneruskan perjuangan beliau. Aamiin yaa rabbal aalamin,” pungkas Kiai Kafa diaminkan seluruh hadirin. KH Noer Muhammad Iskandar SQ lahir di Banyuwangi, 5 Juli 1955 – wafat 13 Desember 2020/28 Rabi’ul Akhir 1442 H adalah putra ke-9 dari 11 bersaudara dari pasangan KH Askandar dengan Nyai Hj Robiatun. Kiai Noer dikenal sebagai dai di salah satu televisi nasional. Selain itu, Kiai Noer Iskandar merupakan pendiri Pesantren Asshiddiqiyah, sebuah lembaga pendidikan dengan memadukan sistem pembelajaran klasik dan modern. Kini, ada 12 pesantren warisan Kiai Noer yang tersebar di seluruh Indonesia. Yaitu sebagai berikut 1. Asshiddiqiyah pusat di Kebon Jeruk, Jakarta Barat 2. Asshiddiqiyah 2 Batuceper, Tangerang 3. Asshiddiqiyah 3 di Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat 4. Asshiddiqiyah 4 di Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat 5. Asshiddiqiyah 5 di Jonggol, Bogor, Jawa Barat. 6. Asshiddiqiyah 6 di Setu Kota, Tangerang Selatan, Banten 7. Asshiddiqiyah 7 di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat 8. Asshiddiqiyah 8 di Tungkal Jaya, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan 9. Asshiddiqiyah 9 di Gunung Sugih, Lampung Tengah 10. Asshiddiqiyah 10 di Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat 11. Asshiddiqiyah 11 di Gunung Labuhan, Waykanan, Lampung 12. Asshiddiqiyah 12 di Jonggol, Bogor, Jawa Barat Kontributor Mamluatul Hidayah Editor Musthofa Asrori

putra putri kh kafabihi mahrus